Kecanggihan teknologi telah melingkari berbagai sendi kehidupan. Mulai dari kebutuhan primer, sekunder, bahkan tersier telah terjamah oleh kemajuan zaman. Kesemuanya itu tak lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melaju demikian pesat. Tentunya, salah satu subjek yang sangat berperan dalam hal ini adalah Guru sebagai penggerak roda pendidikan. Pada masa dahulu, profesi guru dipandang sebagai suatu keistimewaan tersendiri. Sosoknya dianggap mulia, selalu dihormati dimanapun dia berada dan jasanya begitu dihargai oleh masyarakat. Guru digambarkan sebagai seorang tokoh yang biasanya mengayuh sepeda ke sekolah untuk membagikan ilmu kepada para muridnya. Setibanya di sekolah, punggung tangannya selalu menjadi rebutan murid-muridnya untuk dicium sebagai tanda penghormatan. Meskipun pada waktu itu gaji guru tidak bisa dikatakan tinggi, alias pas-pasan. Sampai-sampai, ada seorang guru yang pernah memberi nasihat kepada muridnya agar jika sudah besar nanti jangan menjadi guru seperti beliau. Harapannya murid tersebut akan menjadi orang yang lebih baik. Sungguh miris kenyataan yang terjadi, jasa yang begitu besar hanya dihargai dengan gaji yang tidak seberapa. Hingga saat inipun, jabatan seorang guru masih menjadi kehormatan di pundak pemegangnya. Walaupun tidak sebesar dulu, penghargaan itu selalu ada, paling tidak dari murid-murid yang masih diajarnya. Pengabdian seorang guru merupakan pengorbanan yang tidak bisa dibilang kecil. Terlebih lagi bagi guru yang bertugas di daerah pedalaman. Mereka harus merelakan berbagai fasilitas seadanya yang biasanya sangat jauh tertinggal dari daerah perkotaan. Belum lagi jika ditambah dengan medan tempuh yang sulit dijangkau. Untungnya, saat ini ada tunjangan daerah terpencil sebagai ganti "uang lelahâ, meskipun masih belum sebanding dengan apa yang menjadi harapan para guru tersebut. Kalau dulu hanya dikenal metode penyampaian pembelajaran tradisional dengan ceramah dan pemberian tugas. Saat ini, berbagai strategi, teknik, dan metode pembelajaran pun telah dikembangkan. Seiring berkembangnya kemajuan dalam hal pendidikan, bidang-bidang lainnya pun turut berkembang. Bidang pangan, sandang, papan, kesehatan, dan lainnya tak lepas dari canggihnya kemajuan teknologi. Para petani, peternak, pedagang, dokter, ilmuwan, insinyur, dan penemu-penemu kelas dunia merupakan hasil didikan seorang guru. Lalu bagaimana penghargaan negara (pemerintah) terhadap jasa guru? Sertifikasi merupakan jawaban pemerintah sebagai bentuk penghargaan terhadap profesi guru. Gaji pokok guru akan dilipatgandakan jika mencukupi kualifikasi tertentu sebagai penerima tunjangan sertifikasi. Sebuah iming-iming yang cukup menggiurkan bagi mereka yang berprofesi guru dengan gaji pas-pasan. Hanya saja, sepertinya iming-iming itu diberikan dengan setengah hati. Untuk menuntut hak sertifikasi, banyak sekali syarat yang harus dipenuhi. Mulai dari tercukupinya porsi jam mengajar sesuai ketetapan yang berlaku hingga lama masa kerja. Banyak guru yang pada akhirnya harus mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan bidangnya untuk memenuhi porsi jam mengajar yang telah ditentukan. Banyak pula yang berkorban moril dan materiil untuk mengikuti kuliah penyetaraan demi mendapatkan gelar sarjana yang juga termasuk persyaratan lulus sertifikasi. Namun sangat disayangkan, ketika semua kewajiban untuk memenuhi kualifikasi sertifikasi dilaksanakan dan lulus, hak yang seharusnya didapatkan sulit sekali untuk dituntut. Memang bukan berarti tidak dibayarkan, hanya saja ditunda penerimaannya sampai masa yang tidak ditentukan. Ini menunjukkan kesetengah-hatian pemerintah dalam memberikan tunjangan sertifikasi Guru. Penghargaan terhadap profesi guru di Indonesia sangat jauh berbeda dengan negara tetangga kita Malasyia contohnya. Malasyia merupakan sebuah negara dengan tingkat pendidikan yang sangat jauh lebih maju dibandingkan Indonesia. Tingginya gaji guru di Malasyia merupakan salah satu tolak ukur besarnya penghargaan pemerintah terhadap profesi guru. Bahkan, adalah suatu hal yang biasa jika ada seorang guru yang memiliki mobil mewah. Jauh berbeda dengan di Indonesia. Mungkin dulu, kini, dan di masa yang akan datang, dia akan tetap menjadi seorang guru. Berkutat dalam mengajar dan mendidik calon-calon generasi penerus bangsa. Namun buah jasanya akan terukir dengan tinta emas kehidupan lewat karya murid-murid yang pernah diajar dan dididiknya. Sungguh, nama besar seseorang yang pernah menyandang gelar sebagai murid itu tak lepas dari ketulusan hatinya, Guru. Untuk para penyandang predikat guru. Semoga kita selalu bisa memberikan yang terbaik buat anak-anak didik kita dan membimbing mereka mencapai mimpi yang gemilang menuju masa depan yang cerah. Aamiin. #pernah diterbitkan di Radar Banjarmasin pada 8 Januari 2012
|