Saturday, 2024-04-27, 10:58 PM
Welcome Guest | RSS

SDN Jawa 1 Martapura Kabupaten Banjar

Site menu
Tag Board
Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0
Login form

Main » 2013 » September » 16 » Kisah Nyata Tentang CPNS : KKN itu Manis di Awal, Pahit di Kemudian Hari
7:15 PM
Kisah Nyata Tentang CPNS : KKN itu Manis di Awal, Pahit di Kemudian Hari

Mungkin ini yang namanya karma, atau apalah namanya.. Yang jelas, "Setiap perbuatan, sekecil apapun, tersembunyi dibalik batu sekalipun, pasti ada balasannya", memang benar adanya. 

 

Puluhan tahun yang lalu, berbekal ijazah SPG saya ikut pendaftaran CPNS guru SD dan alhamdulillah dinyatakan lulus tes oleh pemerintah. Bedanya dengan yang sekarang, dulu itu bila kita mendaftar dan tes di kabupaten A, belum tentu akan ditempatkan di daerah sekitar situ juga. Bisa saja diletakkan di kabupaten F, H, atau J, tapi masih dalam provinsi yang sama. Karena saya seorang laki-laki, besar peluang akan ditempatkan di daerah yang jauh dan terpencil. Sebelum tiba pengumuman penempatan tugas, saya penasaran sekali dimana nanti bakal ditempatkan. Sebenarnya, takut juga jika harus diletakkan di daerah tak dikenal. Tapi, sudah konsekuensi yang telah diketahui bersama dan ditandatangani di atas materai, hitam diatas putih, bahwa saya dan para pelamar lainnya bersedia ditempatkan dimana saja di wilayah NKRI. 

 

Kebetulan saya  memiliki seorang paman yang bekerja di BKD, dimana jabatannya sangat potensial sekali dalam penentuan penempatan CPNS. Atas saran keluarga, akhirnya saya datangi beliau dan menanyakan dimana saya bakal ditempatkan. Dengan mudah saya dapatkan informasi sekolah yang akan saya tempati nanti, dan ternyata memang benar-benar di daerah terpencil, beda kabupaten pula. Saya pun meminta keringanan kepada beliau. Namun kata paman saya, sudah tidak memungkinkan lagi jika saya ingin meminta tukar posisi dengan orang lain karena surat pengantar saya telah sampai kesana, tinggal menunggu waktu pengumuman secara umum saja. 

 

Dengan berat hati, saya pulang ke rumah dan menceritakan perihal tersebut kepada keluarga. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana saya akan tinggal sendiri disana, berpisah dari ibu saya yang tinggal sebatang kara, sementara anak beliau hanya saya satu-satunya. 

 

Beberapa hari sebelum pengumuman rahasia yang sudah saya ketahui isinya, saya menyempatkan diri survei ke sekolah saya nanti. Ternyata, benar-benar jauh.. dan terpencil... bahkan lebih buruk dari yang saya bayangkan selama penantian ini. Setelah turun dari angkutan umum, saya harus berjalan kaki sekian kilometer melewati pematang sawah dan jalan setapak. Tidak ada jalan yang bisa dilalui kendaraan di desa itu. Bahkan, listrik pun belum masuk. Sebuah bangunan sekolah yang sangat jauh dari kata sederhana. Terbelakang mungkin  lebih cocok, pikir saya. 

 

Saya juga membeli perlengkapan sebagai bekal hidup menjadi perantau disana seperti kasur, kompor, dan perlengkapan lainnya. Niatnya agar ketika waktu melengkapi berkas tiba, sudah tidak repot lagi menyiapkan keperluan itu. 

 

Hari yang ditunggu pun tiba. Dengan hati yang campur aduk, saya buka surat penempatan tugas itu dan membaca apa yang tertulis disana. Seperti mendapat durian runtuh, sekolah tempat saya bekerja nanti adalah sekolah pinggiran yang masih berada dalam wilayah kecamatan saya sendiri. Sangat berbeda dengan yang saya ketahui lebih dulu sebelumnya. Rupanya, paman saya memberi kebijakan istimewa kepada saya, mengingat ibu adalah saudara beliau juga. Akhirnya, posisi yang seharusnya saya tempati sekarang ditukar dengan orang lain. Dan orang lain itu adalah teman sekelas saya dulu di SPG. 

 

Teman saya itu laki-laki juga. Wajarlah kalau dia ditempatkan di daerah terpencil saat ini. Meski seharusnya tidak begitu jika saja saya tidak menukar tempat saya dengannya secara tidak langsung. Maaf, kawan... Kadang, ego lebih penting dari segalanya, pikir saya. Tanpa menunjukkan rasa bersalah sedikitpun, saya menghadiahi semua perlengkapan yang telah saya beli sebelumnya sebagai bekal hidup disana. Saya bilang saja bahwa saya membelinya untuk persiapan dan jaga-jaga jika ditempatkan di daerah jauh. Saya ikhlaskan semua untuknya. Dia pun dengan senang hati menerima pemberian saya.

 

Bertahun-tahun saya menjalani tugas di sekolah yang tidak jauh dari tempat tinggal. Akhirnya saya bisa pindah juga ke sekolah di pusat kota. Berbekal ijazah S1 yang saya miliki, saya pun ikut mendaftar Sertifikasi Guru yang baru tahun pertama dilaksanakan. Apa yang terjadi ternyata tak sesuai harapan. Hanya karena terlambat sehari memasukkan berkas, pengajuan saya ditolak Dinas. Dan saya harus menunggu setahun lagi untuk mendaftar. Mungkin memang belum rezeki saya tahun itu. Alhamdulillah, tahun depannya saya bisa ikut dan lulus.

 

Rupanya ujian tak sampai disitu. Ketika seleksi Calon Kepala Sekolah diadakan saya pun ikut memasukkan berkas untuk ikut seleksi administrasi. Beberapa hari kemudian,  saya ditelpon seorang teman karib dari Dinas Pendidikan. Katanya, berkas saya lulus seleksi dan diminta mengikuti seleksi akademik di salah satu sekolah yang ditunjuk keesokan harinya. Saya pun datang ke tempat seleksi dengan penuh percaya diri. Kemudian, bertemu dengan guru-guru lain yang seangkatan dengan saya dulu, kami saling menyapa dan tukar informasi tentang tes yang akan dijalani hari itu. Tiba-tiba, pandangan saya tertuju pada selembar kertas yang ditempel di luar ruangan tes beberapa menit sebelum waktu tes dimulai. Kertas yang berisi daftar nama peserta tes. Saya mencari nama saya. Namun betapa kagetnya, ketika nama saya sama sekali tidak ditemukan terpampang disana. Dalam hati ini, sungguh malu diri ini jika ada orang yang memperhatikan kertas itu dan menanyakan maksud kehadiran saya disana. 

 

Dengan tergesa-gesa, saya ambil langkah balik dan pergi jauh meninggalkan tempat itu sebelum semua menyadari apa yang terjadi. Saya merasa dipermalukan oleh teman karib yang telah memberikan info yang salah itu. Betapa teganya dia mengecewakan saya dengan cara yang sangat kejam, pikir saya dalam perjalanan pulang membawa hati yang kalut kusut masai.

 

Saya berniat menemui dia hari itu juga di tempat kerjanya dengan emosi yang masih tak karuan. Saya meminta penjelasannya atas pengkhianatan yang diberikannya kepada saya. Namun, dia tidak bisa menjelaskan bagaimana nama saya bisa menghilang dari daftar yang seharusnya tertempel disana. Dia hanya bisa meminta maaf telah memberi informasi yang salah dan menegaskan bahwa apa yang disampaikannya lewat telpon sehari sebelumnya adalah benar.  Dia sendiri yang mencetak surat keputusan itu. Namun, jika ternyata yang terdaftar tidak sesuai dengan apa yang dikerjakannya, maka itu sama sekali di luar kuasanya sebagai bagian dari pegawai  dinas pendidikan.

 

Saya pun pulang dengan hati hancur, seperti cermin pecah. Semua bentuk kekecewaan menggelayut dan membuncah di hati. Apa salah saya hingga saya bisa dipermalukan sekejam itu. Malamnya, teman karib saya tadi menemui saya di rumah. Dia ingin menjelaskan duduk perkara yang terjadi sebenarnya dan sengaja ditutupi agar tidak menimbulkan kecurigaan berbagai pihak. Seharusnya memang saya yang terdaftar di kertas itu sebagai peserta, namun pihak pimpinan punya pilihan nama lain sebagai calon kepala sekolah yang memang belum terdaftar disana. Ternyata, nama itu keluarga dekat pimpinan juga. Jadilah nama saya yang dikorbankan. Dan saya pun tahu sekarang, bagaimana rasanya di"korban"kan... Sakit lahir batin... 

 

Dan itulah yang saya lakukan bertahun-tahun yang lalu. Ketika saya "menukar posisi" saya dengan teman saya, dengan "Nepotisme" memanfaatkan jabatan penting paman saya, posisi yang lebih nyaman buat saya, dan sakitnya buat dia. Saya sadar sekarang bahwa setiap perbuatan sekecil apapun, tersembunyi di dalam batu sekalipun, pasti akan ada balasannya. Bahkan setelah bertahun-tahun dijalani... Dan sampai sekarang, saya sudah tak punya niat lagi untuk mencalonkan diri sebagai kepala sekolah atau jabatan lain yang lebih tinggi dan bergengsi dari seorang guru.

 

================================

 

Pesan saya buat semua pembaca note ini, khususnya teman-teman yang akan mengikuti tes seleksi CPNS sebentar lagi, "Luruskan niat, teriring doa yang baik, sesuatu yang baik akan didapatkan dengan cara yang baik pula". Bukan dengan menghalalkan segala cara yang akan membuat kita bahagia dan kehidupan menjadi berkah nantinya. Diawali dengan niat yang baik, berproses dengan cara yang baik, dan diringi dengan doa yang baik. Daripada dipandang orang sukses lulus sebagai PNS, namun dibalik itu semua ada nama pejabat berwenang atau gelimangan uang yang digunakan untuk membeli sebuah kelulusan. Mungkin dengan KKN, kita bisa mendapatkan kebahagian dengan cara yang mudah, namun tidak ketenangan hati. Kebahagiaan sejati itu berasal dari hati yang tenang. Dan hati yang tenang itu didapat jika mengerjakan sesuatu sesuai tuntunan-Nya.  Rezeki tiap manusia tidak akan pernah tertukar, tinggal bagaimana kita mengusahakannya. Dan pintu-pintu rezeki itu tidak hanya terfokus pada satu pintu saja..... Terlepas dari semuanya, Selamat berjuang meraih sukses, teman-teman.. Semoga yang terbaik akan kalian dapatkan...  ^_^

Views: 762 | Added by: sdnjawa1 | Tags: CPNS, kkn | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Search
Calendar
«  September 2013  »
SuMoTuWeThFrSa
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930
Entries archive
Flag
free counters

Copyright MyCorp © 2024